Salamu’alaykum warahmatullah wabarakatuh sahabat semua. Sehat? Sehat? Semoga Allah senantiasa
melimpahkan keberkahan dan hikmah bagi kita semua. Aammiin.
So, ini pertama kalinya saya menulis tentang ‘kuliner’. Kata kuliner–buat saya pribadi–melekat erat dengan sosok seorang Bondan Winarno, host di salah satu tv swasta yang mengeksplorasi ragam kuliner di Indonesia dengan tagline ‘maknyuuss’.
Saya pernah bertanya-tanya kenapa ga’ wisata makanan? Ato wisata pangan? Bukannya dari kecil kita sudah diajari tentang pemenuhan sandang, pangan, papan ya? Lagian pak Bondan makan mulu, kok?! Jalan, makan, jalan lagi, makan lagi. Walau lama-lama saya sadari emang rada aneh didengernya wisata pangan atau wisata makanan. Apa karena udah keseringan denger wisata kuliner kali ya. Hehehe...
Untuk ‘membunuh’ rasa penasaran, let’s find out first akar kata kuliner itu sendiri. Kuliner merupakan salah satu kata serapan dari bahasa Belanda, yakni culinair, (wikipedia.org/“Daftar Kata Serapan dari Bahasa Belanda”) which is means relating to kitchen or cookery kalo kata kamus Merriam-webster mah.
Maknanya bisa dibilang mencakup kata ‘pangan’ dan ‘makanan’ itu sendiri, ia juga berkenaan dengan keahlian atau keterampilan seseorang dalam bidang masak-memasak. So, it’s a wrap kenapa pak Bondan dan tim lebih milih kata kuliner. Kalo temen-temen perhatikan, kadang beliau suka ngasih tips dan trik gitu untuk mengolah makanan. Kenapa ini bisa begini, kenapa makanan ini hasilnya jadi begitu, bahkan ngomongin sejarahnya juga ckck silakan temen-temen inget sendiri. Kalo susah nginget, bisa buka yutup kok. He’s truly an expert.
So, ini pertama kalinya saya menulis tentang ‘kuliner’. Kata kuliner–buat saya pribadi–melekat erat dengan sosok seorang Bondan Winarno, host di salah satu tv swasta yang mengeksplorasi ragam kuliner di Indonesia dengan tagline ‘maknyuuss’.
Saya pernah bertanya-tanya kenapa ga’ wisata makanan? Ato wisata pangan? Bukannya dari kecil kita sudah diajari tentang pemenuhan sandang, pangan, papan ya? Lagian pak Bondan makan mulu, kok?! Jalan, makan, jalan lagi, makan lagi. Walau lama-lama saya sadari emang rada aneh didengernya wisata pangan atau wisata makanan. Apa karena udah keseringan denger wisata kuliner kali ya. Hehehe...
Untuk ‘membunuh’ rasa penasaran, let’s find out first akar kata kuliner itu sendiri. Kuliner merupakan salah satu kata serapan dari bahasa Belanda, yakni culinair, (wikipedia.org/“Daftar Kata Serapan dari Bahasa Belanda”) which is means relating to kitchen or cookery kalo kata kamus Merriam-webster mah.
Maknanya bisa dibilang mencakup kata ‘pangan’ dan ‘makanan’ itu sendiri, ia juga berkenaan dengan keahlian atau keterampilan seseorang dalam bidang masak-memasak. So, it’s a wrap kenapa pak Bondan dan tim lebih milih kata kuliner. Kalo temen-temen perhatikan, kadang beliau suka ngasih tips dan trik gitu untuk mengolah makanan. Kenapa ini bisa begini, kenapa makanan ini hasilnya jadi begitu, bahkan ngomongin sejarahnya juga ckck silakan temen-temen inget sendiri. Kalo susah nginget, bisa buka yutup kok. He’s truly an expert.
Baidewei, kok jadi bahas pak Bondan ya?!
Heu.. lanjut yuk bahas kulinernya.
Ceritanya nih,
berangkat dari kepeduliaan temen-temen ssg 26–yang saya tau–untuk tetap keep contact no matter what (bener ga sih?!), tulisan ini hadir. Tapi,
insya Allah semua
angkatan punya niatan yang sama. Bismillah. Kedepan saya mohon teman-teman ga’ ragu untuk ngasih saran dan masukan agar tulisan dengan tema ‘kuliner’ ini
enak dibaca dan bermanfaat untuk kita semua, insya Allah. Karena sudah diputuskan berjamaah bahwa tema besarnya KULINER, insya Allah nantinya ga’ cuma
bahas makan, makan dan makan melulu
tapi bakal ada resep, rekomendasi tempat makan dan mungkin sedikit tips dan
trik. Bedakan ya tips dan trik (peace
v^_^v) Kalau akhwat fillah atau ikhwan yang doyan masak, punya pengalaman yang bisa dibagi bisa juga
tuh....bantuin saya :D hehehe.
Bicara tentang makan, saya teringat tagline acara masak baru di TR*** tv “kalau Anda bisa makan, Anda
juga bisa masak!” Woow sangat memotivasi, terutama untuk teteh-teteh sholehah
yang berjuang menyenangkan keluarga dengan sajian istimewa (yang belum menikah,
Allah kasih waktu untuk lebih prepare,
masya Allah).
Basically, we
actually can learn simple culinary thingy not only from standard school, could
be from movie even television–I recommend you Ratatouille, Julie and Julia, Food.inc
and the upcoming movie Chef aahh not to mention the ultimate asiafoodchannel if
you guys use cable network.Cook reality show such as “MasterC**f” you often watch with your family on the
weekend atau acara-acara TR**S tv yang mostly
membahas kuliner dan jalan-jalan. Pastinya temen-temen bisa nyebutin salah
satunya kan?! Banyak info bermanfaat
yang bisa dishare tapi lebih seringnya bikin ngiler. Hehehehe...
Hasilnya jelas beda, yang khusus masuk sekolah kuliner dengan yang sebatas mantengin tipi, tapi lumayan lah nambah-nambah ilmu.
(sumber: google images.com) |
Untuk tulisan perkenalan, saya rasa segitu dulu ya. Oia sedikit tentang tips dan trik yang sama-sama
kata serapan dari bahasa Inggris.
Ini TIPS
(tips):
Ini TRIK (trick):
Menurut saya
pribadi, dua-duanya (tips dan trik) sama-sama membuat sesuatu jadi lebih mudah.
Hanya aja kalau tips, sekedar saran; masukan as the way it is, hal-hal itu udah sering banget kita dengar dan jamak di masyarakat. Tapi kalau disandingkan
bersama, trick means a helpful hint; alternatif
atau metode; petunjuk-petunjuk yang ‘baru’ kita dengar dan ketahui in order to makes us easier do such thing.
Mmmh contoh saran/tips, gini
kali ya,” menurut ana kalau mau hidup
sehat, setidaknya antum harus makan
teratur dan banyak minum air”. Dan kalau trik, “...eeehh kalau ngunyah permen karet atau membilas bawang lebih dulu,
biasanya ga’ bakal perih lo”.
Menurut teman-teman gimana??
Sampai jumpa di tulisan depan insya
Allah J dan jazakumullah
khairan katsir untuk kesempatan ini.
Wassalamu’alaykum warahmatullah wabarakatuh.
Oleh Rachmawati Aulya
Oleh Rachmawati Aulya
0 komentar:
Posting Komentar