Kamis, 22 Mei 2014

Jadwal padat, hujan terus menerus, malas untuk keluar, ditambah perut lapar sering kita alami. Pada kondisi seperti itu biasanya orang memilih makanan cepat saji. Salah satu yang biasa dipilih oleh sebagian besar masyarakat Indonesia adalah mengonsumsi mi instan. Praktis,enak, dan terjangkau harganya, menjadikan mi instan sebagai salah satu primadona dalam menu ibu-ibu. Volume produksinya di sini yamg mencapai 14,5 milyar bungkus pertahun (Food Bussiness Review, 2012) menjadikan Indonesia sebagai produsen mi instan terbesar kedua setelah Cina.


Mi instan, memang populer. Ditambah dengan keanekaragaman bumbu masakan daerah yang tersaji dalam tiap bungkus, menjadi mi instan seakan menjadi pelepas dahaga bagi pecinta kuliner. Namun, dibalik itu semua tersimpan keraguan akan pengaruh mengonsumsi mi instan bagi kesehatan tubuh. Mi instan dicurigai mengandung sejumlah zat berbahaya, pemicu obesitas, tekanan darah tinggi dan kenaikan berat badan. Dalam tulisan ini saya akan mengulas sedikit tentang mi instan ini.

Setiap bungkus mi instan umumnya terdiri dari mi kering, bumbu instan, dan minyak. Mi kering terbuat dari tepung terigu sebagai bahan utamanya. Kemudian ditambahkan dengan bahan-bahan lain seperti air, garam, minyak, natrium polifosfat (pengemulsi, penstabil dan pengental), Tartrazin CI 1940 (pewarna), Asam Sitrat (pengatur keasaman), TBHQ (antioksidan), MSG atau Monosodium Glutamat (penguat rasa dan aroma), Natrium Benzoat (pengawet), dan bahan tambahan lainnya.

Sedangkan untuk bumbunya terdiri dari gula, garam, MSG, pewarna, perisa, anti kempal, dan bahan tambahan lainnya. Proses pembuatan mi kering terbagi menjadi 6 tahap, yaitu mixing (pencampuran), rolling press atau pengepresan adonan (didalamnya termasuk proses pengeritingan mi), streaming (pengukusan), frying (penggorengan), cooling (pendinginan), packing (pengemasan), termasuk di dalamnya terdapat pemberian bumbu dan minyak). Sedangkan bumbu kering proses pembuatannya hanya 2 tahap saja, yaitu mixing (pencampuran) dan packing (pengemasan). Untuk minyak prosesnya dibagi menjadi 4 tahap, yaitu mixing (pencampuran bahan-bahan), pemasakan, cooling (pendinginan), dan packing (pengemasan).

Gurih dan sedapnya mi instan memang selalu menggoda. Karena faktor kebiasaan, menu ini bahkan selalu tersedia untuk berjaga-jaga jika kekurangan bahan makanan. Dalam mengolah dan mengonsumsi mi instan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1. PERHATIKAN KEMASAN MI
   Perhatikan tanggal kadaluarsami. Pilih kemasan yang kuat dan tidak bocor. Bila memungkinkan, remuk sedikit untuk mengecek kerenyahan mi keringnya.

2. CEK KONDISI FISIK KOMPONEN-KOMPONEN MI INSTAN
    Mi kering : perhatikan kerenyahan mi (mi yang melempem sebaiknya jangan dikonsumsi),cium bau mi (mi yang bau tengik jangan dikonsumsi), perhatikan juga ada tidaknya benda asing yang menempel pada mi.
   Bumbu : jangan dikonsumsi bumbu yang sudah menggumpal meskipun dalam kemasan luar mi belum kadaluarsa.
     Minyak : perhatikan bau minyak. Minyak yang sudah tengik jangan digunakan.

3. AGAR MI TERSAJI LEZAT, PATUHI CARA MEMASAK YANG TERTERA DALAM KEMASAN MIE
   Terjadi perdebatan tentang air rebusan mi, perlukah turut dikonsumsi. Jika dibuang maka vitamin-vitamin yang terkandung didalamnya juga ikut berkurang. Apabila dikinsumsi, maka zat aditif (zat tambahan juga akan ikut masuk kedalam tubuh. Namun lebih baik jika air rebusan mi dibuang untuk mengurangi zat aditif dari mi kering. Adapun untuk vitamin-vitamin yang ikut terbuang bisa kita cari dari bahan-bahan lain.

4. KURANGI PENGGUNAAN BUMBU YANG TERDAPAT DALAM MI INSTAN
   Sebagian besar kandungan bumbu adalah zat aditif. Sehingga untuk mengurangi dampak negatif dari zat tersebut sebaiknya penggunaanya hanya sebagian saja.

5. TAMBAHKAN TELUR, DAGING, ATAU SAYURAN
    Penambahan telur, daging dan sayuran bisa menambah nutrisi dan menjadikan mi lebih enak.

Mengonsumsi mi instan memang menghemat waktu dan tenaga. Cukup 5 menit maka mi siap disantap. Sebaiknya mengonsumsi dilakukan per bungkus dalam interval minimal 1 minggu. Meskipun zat aditif dalam mi telah sesuai standar yang ditetapkan oleh BPOM. Namun jika dikonsumsi terus-menerus bisa membahayakan tubuh.


Oleh Salma Ummu Fathimah
Posted by Unknown On 16.48 No comments

0 komentar:

Posting Komentar

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube