Minggu, 24 Agustus 2014


Betapa sering kita abai terhadap hal-hal kecil yang kita anggap remeh tapi sebenarnya penting, awal dari banyak hal besar. Sesuatu yang mungkin kita tak acuh karena merasa dampaknya tak terlihat. Padahal beberapa hal justru semakin awet rasanya saat orientasinya bukan hal-hal yang bisa dicerna oleh mata, dijudge pertama oleh yang terlihat. Seperti Kebaikan, ketulusan.



Unsung Hero. Iklan asuransi dari Thailand ini sudah dikunjungi lebih dari 19juta pasang mata di youtube. Mungkin bukti bahwa manusia memang senang benar dengan namanya kebaikan.

Tak semua orang seberuntung kita, dan tentu kita juga bukan makhluk sempurna yang bisa melakukan semuanya sendirian. Kita bermain di atas pentas yang sama dengan berbagai peran berbeda tapi saling mendukung. Yang kaya butuh yang miskin, yang miskin butuh si kaya, yang lemah butuh si kuat, yang kuat pun sebaliknya. Ayah, Ibu, Nenek, Kakek, Kakak, Adik, dan seluruh penduduk bumi memang diciptakan sebagai makhluk sosial. Yang kesosialannya tidak melulu bisa diukur dengan sesuatu yang nampak, tapi juga dapat terpenuhi melalui kelapangan hati, kebahagiaan yang diperoleh.

Bahkan video ini bukan hanya sekedar menggambarkan keterkaitan manusia satu dengan yang lain, tapi lebih luas kepada tanaman, hewan, sekitarnya. Menampilkan bahwa kebaikan bukan hanya dapat dirasakan manfaatnya oleh manusia. Ia-nya menyapu bersih seluruh alam.

Ah, bukankah kita terlalu senang dengan kepopuleran? Ingin dibilang "sebagai", selalu ingin tampil, dipuji, disanjung, senang membuat kepala "besar-besar". Naluri? Ya, mungkin memang demikian. Tapi percayakah kita bahwa banyak hal yang justru karena tidak terekspos, tidak ditujuk-tunjukkan, dipamerkan, dicerita kanan kiri, kemana-kemana, malah menambah nilai plusnya. Ianya menjaga kesucian si niat, tetap bernama "kebaikan" bukan berganti menjadi "modus".

Saat kita berbuat bukan tentang apa yang kita dapatkan, apa yang bisa kita peroleh, namun apa yang bisa kita berikan. Saat seluruh raga kita set untuk peka terhadap kesusahan yang lain, lalu berbuat. Saat kita menanggalkan baju keegoan, keuntungan, keserakahan, lalu menggantinya dengan jubah ketulusan. Maka bersiaplah merasakan sensasinya, kebahagiaan yang menjalar keseluruh sendi. Melihat video ini saja, membuat saya dan mungkin kita semua tersenyum-senyum lalu terharu, menghadirkan lonjatan rasa damai yang meluap. Lantas, bagaimana bila kita pelakunya? Berapa kali lipat rasa ini memenuhi hati kita?
Dan ajaib sekali, seperti video di atas dan pada kehidupan nyatanya, kebaikan, ketulusan adalah sesuatu yang sifatnya menular.
Mungkin inilah yang dinamakan keterkaitan hati, sesuatu yang jatuh dari hati ke hati. Lalu terpancarkan lewat tindak tanduk.

Detik-detik paling mengharukan dari video ini mungkin memang adalah detik dimana pada akhirnya terjawab sudah pertanyaan diawal cuplikan
"Apa yang ia peroleh dengan melakukan ini setiap hari?"
"Yang dia terima adalah emosi. Dia menjadi saksi kebahagiaan. Mencapai pemahaman yang lebih dalam. Merasakan cinta. Menerima apa yang tak dapat dibeli oleh uang. Dunia menjadi lebih indah."

Mungkin, kini saatnya untuk kita berbuat serupa, sekarang, ya sekarang. Meski siapa bilang ini mudah? Move on memang perlu tekad yang kuat. Belum lagi di tengah jalan akan banyak godaannya, untuk istiqomah itu bukan gampang. Tapi, memulai sesuatu yang baik, lantas menjadi kebiasaan baik adalah keharusan, bukan pilihan, karena hanya orang-orang baiklah yang akan beruntung, menjadi pemenang dalam kontes kehidupan berhadiah keindahan akhirat. Kecuali...kita hanya ingin jadi pemain ekstra yang hidup dan mati tiada pengaruhnya.

Tanyakan si hati, "Dan dalam hidupmu, apa yang paling kau inginkan?"
Posted by Unknown On 20.26 1 comment

1 komentar:

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube