Jumat, 31 Januari 2014

Itulah mengapa aku senang bukan kepalang memperoleh kesempatan menjadi bagian dari barisan ini. Coz bisa bediri berdampingan dengan kalian, orang-orang hebat nan keren, adalah sesuatu yang tidak semua orang dapat merasakannya. Mungkin ini yang dikatakan jodoh, jodoh yang membahagiakan, bersaudara dengan kalian yang rela meninggalkan segala kenyamanan yang ada, waktu yg bisa digunakan berleha-leha, demi untuk terus memperbaiki diri, meski fisik dan mental ditempa sedemikian rupa.


Dan part yang paling kusuka adalah saat melihat semangat-semangat itu, semangat berpacu dalam jargon "Khairunnas amfa’uhum linnas". Berlomba-lomba dalam kebaikan. Saling mencinta karena Allah. Berburu ridha Ilahi.

Tapi…Hai! Rasa-rasanya mengapa hal itu sudah mulai luntur? Ataukah ini hanya perasaan saya? Semoga…

Hanya saja, bila demikian adanya, maka jika berkenan, izinkanlah saya yang hanya seorang sahabat dalam shaf ini untuk memberikan sedikit pemikiran. Semoga bisa menjadi bahan renungan dan dengan ini semangat kita tumbuh kembali, bermafaat untuk yang lain, terutama tentunya untuk saya pribadi, ngaca lagi. Bahwa kita tak seharusnya berhenti di sini, beristirahat untuk sesuatu yang baru kita mulai, dimana mimpi-mimpi kita mungkin baru terwujud 0,00001% dari target menebar manfaat untuk sesama yang sering kita kumandangkan.

Sepertinya ini memang kisah klasik, yang begini ini memang lumrah, semangat terhadap melakukan perubahan dan hal-hal baik lainnya seringkali hanya hadir di awalnya saja. Seterusnya, seiring dengan berjalannya waktu, terhapus sudah, melayang entah kemana, berbelok ke fokus yang lain, banting stir ke tujuan yang beda.

Ya, mugkin karena kita semua punya kesibukan masing-masing, dunia masing-masing, harus menuaikan tanggung jawab lain di luar sana. Salah satu "penghambat" pergerakan ini. Akan hal itu, kita saling memaklumi.

Tapi…saudara…aku rindu wajah semangatmu itu, keringatmu yang menetes untuk saudara kita yang kurang beruntung, berbuat bukan untuk kemakmuran pribadi, kemauan kerasmu untuk menjadikan dunia ini tak sehitam sekarang. Takkah kau rindu masa-masa dimana kita melakukan banyak hal untuk orang-orang yang awalnya bahkan kenal pun, kita tidak?

Hm, tak bisakah kita meluangkan sedikit waktu saja untuk langkah yang pernah kita cipta ini? Sesuatu yang baiknya luar biasa. Dan mungkin akan membuat tabungan kita di akhirat semakin menjulang. Aamiin…

Dulu, sabtu minggu toh bisa kita luangkan untuk sekedar merapat  disini, menimba ilmu banyak-banyak. Walau entah, kita mungkin merelakan banyak hal untuk itu, termasuk waktu yang diporsikan untuk istirahat. Meski diteriaki kiri kanan, dibentak depan belakang.

Kini, tak seperti itu lagi. Tak ada nada perintah dari mulut pelatih, yang ada nada panggilan dari dalam hati. Untuk terus berlatih, untuk terus bergerak. Tak pula harus berbaris tegap di tiap sabtu minggu, menahan rasa pegal di kaki, menenteng tas berat di pundak kanan kiri. Yang ada hanya kewajiban untuk terus berdiri tegar di tiap tikungan hidup, menghalau rasa malas di diri, membawa tanggung jawab atas semua keputusan untuk terlibat di sini.

Tentu, siapa tak tahu, bahwa kalian, orang-orang yang berada dalam barisan ini adalah orang-orang super yang telah banyak kontribusinya untuk sesama di luar sana. Tapi kawaaaannn, bukankah kita akan lebih kuat bila kita bersama lagi, layaknya lidi yang tuggalnya ia sulit untuk membersihkan debu, tapi ketika dalam satu ikatan membentuk sapu, maka tedeeeeenggg…! Hanya butuh beberapa hitungan saja semuanya beres. Gitu kan?

Ayolaaahhh…ingin kutarik-tarik kembali hatimu untuk merapat kembali ke sini. Berkunjung, bersilaturrahmi di rumah belajar kita bersama. Meluangkan waktu sejam, dua jam. Walau sekedar untuk memikirkan kelanjutan kisah kita ini. Melakukan hal-hal yang bisa kita lakukan.

Atau simplenya…mari kita berpikir begini, mulai dari hal-hal yang kecil-kecil saja, yang remeh-remeh saja. Seperti sebuah jarkoman berantai, dari si A ke kita, kita ke si B, si B ke si C, dst. Nah, saat sibuk, mungkin kita tak sempat melirik hp. Tapi benarkah di sepanjang hari begitu? Walau beberapa menit saja? Tinggal forward and send, apa susahnya kan? Setitik hal itu, membuat teman-teman kita yang lain dapat berita terkini, yang walau tak penting bagi kita, tapi mungkin bagi mereka berharga, who knows? Em, tak punya pulsa? Bukankah SSG didesain untuk terus berusaha, mengusahakan apapun untuk kebaikan? hehe...minjem sms gratisan temen yang lain misalnya. haha...

Begitu juga ketika dalam ranah ukhuwah ini kita diamanahi sebuah jabatan, di kepengurusan umum, pun di wilayah, dapat disimpulkan berarti teman-teman kita melihat kita mampu untuk melakukan itu, memandang kita bisa. Maka, mewujudkan bahwa kita memang benar-benar dapat diandalkan adalah tugas wajib. Kayak bunyi tekad kehormatan yang selalu kita lantunkan gede’-gede’: bertanggung jawab dan dapat dipercaya. Ya kan? So, yuk sama-sama berusaha! ^_^

Then, kalian-kalian yang masih saja terus berkontribusi, melakukan banyak hal, menyumbang pemikiran, merapat di tempat ini untuk mewujudkan hal-hal baik di bumi, memberi contoh yang terpuji, mencipta kebaikan yang menjamur, adalah aset-aset dunia yang membanggakan. Yang meski punya seabrek-abrek kegiatan, tanggung jawab tak ringan di pundak, tapi tetap saja berusaha melakukan sebanyak-banyaknya yang bisa diberikan.

Jadi...Lihatlah! Yang lain saja bisa! Maka kita, yang lagi adem ayem, duduk selonjoran, santai melambai, saat ini, InsyaAllah juga bisa! Hanya perlu sedikiiiitttttt saja kemauan untuk melangkah lagi.

Bukankah...
"Kita bisa! Kita pasti bisa! Kita akan raih bintang-bintang.
Kita bisa jadi yang terdepan.
Bersatu bersama dalam satu irama, dalam meraih kejayaan." (Wae wae o (kita bisa)_Yovie n friends)

Finally, bila sulit, bila ribet, takut kacau balau, takut tanggung jawab lain terabaikan….
Maka, mungkin hal pertama yang perlu kita kokohkan adalah niat, selanjutnya meningkatkan kedisiplinan, mengatur waktu kita, membenahi cara kita membagi porsi pekerjaan dalam keseharian.
sumber: menggapaihusnulkhotimah.blogspot.com

Dan setelah itu, semoga semuanya berjalan lancar, tak ada yang terabaikan. Amanat ini sudah ada dipundak kita, jangan kita tepis! Karena kitalah yang terpilih memerankan peran ini, di antara beribu-ribu orang di kota yang sama, di antara berjuta-juta orang di negara yang sama, di antara semua penduduk bumi. So, ayo bermain total, 100%, hingga pahalanya juga 100%. Aamiin…

Oleh Rifa'atul Mahmudah
Posted by Unknown On 05.06 No comments READ FULL POST

Kamis, 30 Januari 2014

Malam 31 Desember, malam yang kalau kata orang-orang "moment yang tepat buat merangkai resolusi kehidupan yang baru", yang di rayakan dengan berbagai cara oleh sabahat, kerabat, atau saudara kita.

Malam itu sebuah kisah mantap sekali tertancap di hati. Suatu pelajaran berharga, bahwa di dunia ini masih banyak orang-orang baik, orang-orang yang masih memiliki kepedulian tinggi terhadap bumi, dan kita harusnya menjadi satu di antara mereka, bergabung bersama golongan itu, agar dunia ini tetap baik-baik saja.

Pusdai. “Muhasabah akhir tahun”, judul ini membuat saya nekad berangkat malam walau seorang diri, meski lupa-lupa ingat tempatnya. Soal kesasar? "Ah, udah biasa ini", pikirku. Tapi tenyata kekhawatiran itu meleset, berkat seorang bapak yang nunjukin jalan, orang baik yang kutemui di angkot, Alhamdulillah. Pertolongan Allah memang selalu datang dari arah mana saja, bahkan seringkali tak terprediksi, membuktikan bahwa Dia memang Dzat yang Maha Baik.

Wuiiih…sampe di sana, tenyata hampir tiap jeda pembicanya, ada sesi bagi-bagi hadiah. Saat masuk kita dibagiin kupon. Nah, nomor yang terambil oleh panitia, bisa dapat hadiah-hadiah menarik, seperti dispenser, tv, sampe umrah. Ikutan dag dig dug juga sih, berharap hadiah itu bisa nyamper satuuuu aja di pangkuanku. Haha. Tapi…karena ternyata ada gerombolan ibu yang terlihat lebih excited nunggu nomornya kesebut, lantas denger sorakan “yaaa…..”nya yg gede' banget saat harapan mereka tak terwujud, irama jantung saya yang tadinya tak menentu kembali stabil, malah asyik ngakak tiap kali beliau-beliau grasak-grusuk nyari kertas nomor saat undian akan diumumkan kembali.

Saat lagi lapar-laparnya, eh Alhamdulillah, tenyata ada pembagian snack. Namun, setelah acara itu beres, entah siapa yang memulainya, tepat di samping pintu masuk, menggunung sudah sampah kotak-kotak dan gelas aqua bekas makan tadi. Jadi pengen teriak “Wooooiiii…ini mesjid! Siapa yang buang sampah sembarangan begini??? Matanya dimana??? Hatinya dimana??? Ini bukan tempat sampah!!!” (maunya pake' toa), hurfth…! Benar-benar pemandangan yang miris. Di mesjid aja berani gini, apalagi di tempat umum lainnya. Hiks, pengen nangis. Jadi lapar lagi deh. -_-

Pemandangan “gunung sampah” itu buat saya mikir, bukankah ini sama halnya dengan dosa yang sering kita lakukan di keseharian? Awalnya mungkin hanya seorang saja yang jadi pelopor, 1 kardus sisa makan nyander di dinding mesjid, terus 2, 3, 4, dan seterusnya. Mungkin mereka pikir “tak apa-apa, toh sampah yang pertama saja tidak ditindaki, orang yang buang sampah di situ juga nyantai-nyantai aja, berarti untuk mereka juga tak ada masalah”. Tak jauh beda dengan keburukan yang sering mengisi hari kita, ketika 1 teman membicarakan kejelekan orang, yang lain ikut nimbrung, dengerin, bahkan nambah-nambahin, dan terasa biasa saja, santai saja, tak meninggalkan jejak rasa bersalah sudah memakan bangkai saudara sendiri. Dan tercenganglah kita bila tahu dosa kita akibat hal itu sudah menggunung, menjulang tinggi, kayak tumpukan sampah depan saya ini.

Padahal mengekor pada keburukan itu sudah jelas-jelas bukan sesuatu yang baik, eh, namanya juga ke-BURUK-an. Mengadakan kerusakan di bumi.

Kalau kita bisa jadi pelopor dalam kebaikan, pengikut dalam kebenaran, mengapa kita harus menjadi pelopor dalam keburukan, pengekor dalam kesalahan? Gitu bukan?

Akhirnya, setelah mikir bagaimana caranya agar sampah ini berada tempat yang seharusnya. Maka saya dan seorang sahabat, memutuskan nyari trash bag (ingat kegiatan khidmat SSG). Kalau tak salah, saat itu jam hampir menunjukkan pukul 1 malam. Di jalan tentu saja masih rame, “namanya juga tahun baru” kata sahabat itu. Mulai dari tua muda, cwo, cwe, semuanya tumpah di jalan, bikin kendaraan-kendaraan berjalan merayap. Bunyi terompet terdengar dari berbagai penjuru, seakan tak mau kalah, kembang api yang pecah di langit ikutan ribut, belum lagi suara cekikikan remaja-remaja labil berpasangan yang sangat menggangu. Seandainya bumi bisa menangis, langit bisa mengeluh, maka saya yakin, sudah ditumpahkan semua kekesalannya. Ulah manusia yang begini nih, membuat wajah dunia semakin buruk saja.

Kembali soal trash bag, ke sana kemari, g ketemu-ketemu, g ada yang jualan, yang banyak malah yang jualan rokok, orang-orang yang sepertinya tak merasa terganggu dengan tulisan “merokok itu membunuhmu” iklan yang banyak terpampang di sekitar situ. Ckckck.

Merasa asing sendiri dengan gamis, pakaian yang lain dari yang lain, di tengah hiruk-pikuk tak menentu di luaran sana, kami mempercepat langkah, kembali ke “tempat aman”, mesjid.

Baru nyampe teras, kami disambut sapaan akhwat-akhwat relawan RZ (Rumah Zakat), “sampah yang tadi, lagi di beresin sama seorang ikhwan, dipisah-piisahin, kotaknya dibuka-buka gitu.” Membuat saya memasang ekspresi heran.

“Oh, emang dia panitia?” Sahabat di samping saya spontan bertanya.

“Katanya bukan.” Seorang akhwat menjawab dengan wajah tak kalah bingung.

“Hmm…trus sampahnya mau digunain? Mau dipake sama akang itu?” Tak pikir panjang, pertanyaan-pertanyaan itu meluncur begitu saja, membuat saya cekikikan dalam hati. Sepertinya saya kebanyakan nonton reality show yang ceritanya tentang orang-orang yang ngumpulin and misahin sampah untuk dijual.

“G tahu teh.” Eh, pertanyaan yang kupikir konyol itu dijawab juga oleh seorang teman. Tawa dalam hati saya semakin gede’.

Sampe di lokasi, benar saja, seorang ikhwan duduk maniiiisss sekali, menghadap gunung sampah tadi.

Membuat kami para akhwat saling senggol-senggolan bahu, “Bantuin yuk!” Salah seorang akhwat berbisik.

“Iya ih, tapi gimana? Tanyain dulu coba, sampahnya mau dipake apa g? Kalau g, langsung bantuin buang aja, kalau dipake mah, kita bantuin misah-misahin.” Kata-kata konyol kembali melesat dari bibirku. Sendiri aku tertawa lagi. “G perlu nanya! Harusnya langsung dipisahin aja neeenggg….! Mau dipake atau g sama aja kan? Soal buang mah, belakangan!” Hatiku nyalahin si mulut.

“Teteh aja yang nanyain, ayolah teh!” Celutuk seorang di antara kami, usulan itu didukung akhwat lainnya. "Eh, kok malah aku yang diutus? Oleng nih!" Protesku dalam hati.

Aduuuhhh…keringat dingin nongol tanpa aba-aba. Malu sih, tapi kalau g ada yang mulai, lantas sampai kapan kita mau berdiri begini? Sambil ngelihatin si ikhwan beresin sampah itu sendiri.

Finally, setelah nimbang untung ruginya, akhirnya saya nanya, “punten kang, ini teh mau dipake' yah? Kalau dipake' mah kita bantuin misahin, kalau g, kita bantu buangin aja yah?” (Gubrak!! Kok kata-kata itu lagi yang keluar? 3 kali? Salah!! Salah!! Cut! Cut!) Sepersekian detik setelah saya ngomong begitu, si ikhwan target balik wajah, senyum, terus bilang “G…g dipake kok. Oh iya silahkan!” Lalu senyum lagi, memperlihatkan deretan kawat giginya, yang entah itu hanya ilusi saya atau beneran. Segera kutundukkan mataku, mending lihat sampaaaahhhh..hiks, maaf kang!

Denger pernyataan si ikhwan, akhwat-akhwat yang numpuk di belakang langsung nyerbu, ngesekusi barang-barang buangan itu. Dibuka kotaknya, dipisahin, begitu terus. Tapi tenyata, banyak juga. Kami yang waktu itu kalau g salah berlima, masih kewalahan. Akhirnya seorang teman, ngesms relawan RZ dan anak SSG (Santri Siap Guna) lainnya yang mungkin masih di mesjid, lumayan buat tenaga tambahan.

Dari hasil panggilan itu, hanya datang 2 ikhwan dan 4 akhwat tambahan, yang lainnya udah pada pulang -_-

Set..set..set..sampah akhirnya sudah rapi bersatu bersama segolongannya. Sebagian ditumpuk dalam trash bag dari panitia acara, dan yang lain dikardusin. Pukul berapa tepatnya saat itu, saya tak ingat lagi. Sepertinya lumayan lama, ngelihat pengunjung mesjid lain sudah terlelap di posisi masing-masing. Tapi lelah tak terasa, bagaimana tidak bila kawan-kawan ini adalah orang-orang asyik, obrolan mereka seperti radio hiburan, ups, hehe…Candaan mereka bikin senyum-senyum, dan tentu saja ketika kita tak sendiri, bersatu dalam melakukan suatu hal, maka hal itu akan terasa ringan, ringan di fisik dan ringan di hati.




Dan walau kata orang ini hanya hal yang kecil saja, hanya masalah sampah saja, tapi…kalau dibiarkan justru bibit-bibit kecil itulah yang akan menjadi sesuatu hal besar, banjir sekota misalnya, yang dampaknya bisa merembes ke berbagai sektor lainnya.

Then, satu pelajaran penting lagi, bahwa kalau keburukan bisa nular, kayak buang sampah sembarangan rame-rame ini, maka seharusnya kebaikan lebih cepat tersebar. Bukankah hati-hati kita pada dasarnya adalah hati-hati yang merindu kebaikan, awalnya suci? So, tinggal dibersihkan saja, disapu lagi, dilap lagi dengan hal-hal mulia, seperti berkumpul dengan orang-orang shaleh, orang-orang baik yang punya semangat juang untuk kebaikan.

Seorang ibu terdengar berbincang dengan temannya.
“Nah, remaja-remaja yang seperti inilah yang dibutuhkan dunia, remaja-remaja yang begini inilah yang diharapkan bangsa.” Kira-kira begitu celutuknya.

Kubalikkan badan, mencari sumber suara, lalu pandanganku tertumbuk pada tatapan si ibu yang ternyata sedang menyaksikan kegiatan ini. Senyum kami bertemu.

Finally, ingin kusampaikan pada kawan-kawan malam itu, "terima kasih karena telah memberikanku sesuatu yang lebih dari sekedar kado tahun baru, lebih dari sekedar hadiah undian." Inilah kebaikan yang berjama’ah dan sepertinya benar adanya, ini yang dibutuhkan negara dan dunia. Kalian bibit-bibit “Khairunnas Anfa’uhum Linnas”. Kalian keren. ^_^

Oleh Rifa'atul Mahmudah
Posted by Unknown On 01.56 No comments READ FULL POST

Pendirian Santri Siap Guna (SSG) Daarut Tauhiid pada awalnya dicertuskan oleh K.H. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) pada tanggal 25 April 1999.

"Khairunnas Anfa'uhum Linnas" Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaatbagi orang lain, Hadist Rasulullah saw. ini menjadi dasar pemikiran diadakannya Pendidikan dan Latihan Santri Siap Guna (SSG). Dengan harapan terbentuk karakter-karakter yang dapat berperan sebagai agent perubahan di bidang ruhiah, leadership maupun entrepreneur. Sehingga akan terbentuk pribadi mandiri, mampu memimpin dirinya sendiri, menghidupi diri dan bermanfaat bagi orang lain (Khidmat).

Visi
"Terbangunya Jiwa Kepemimpinan, Kemandirian berbasis ma’rifattullah yang memiliki peranan di masyarakat."

Misi
"Mewujudkan generasi muda yang memiliki konsep sukses dalam hidup muslim, yaitu: Beribadah dengan benar dan Istiqomah, Berakhlaq terpuji, Belajar dan berlatih tiada henti, Bekerja keras, cerdas dan ikhlas, Bersahaja dalam Hidup, Bantu sesama, Bersihkan hati selalu."

Tujuan
Umum
Membina dan memberdayakan generasi insani untuk mencapai ridho Allah SWT.
Khusus
Membina dan merubah pola pikir dan karakter generasi muda.
Membina dan menempa akhlaq dan moralitas pemuda dan remaja.
Wahana silaturahmi umat untuk mempercepat ukhhuwah.
Tercapainya jaringan pengembangan dakwah islamiyah di masyarakat.
Menjadi pusat pengembangan Sumber Daya Muslim (SDM).

Konsep ini terus berjalan hingga saat ini dengan dukungan dan kerjasama yang sinergis dan keberpihakan antara Santri Siap Guna, Aparat Pemerintahan, Ormas-Ormas dan Masyarakat. Di samping itu, adanya salah satu target program, yaitu untuk menjadikan Kota Bandung sebagai Pilot Project untuk mewujudkan Kota Santri yang Bermartabat. Santri Siap Guna yang sudah tersebar di tiga provinsi besar, yaitu Jawa Barat (meliputi Bandung, Garut, Cianjur, Sumedang, Subang dan Depok), Banten (meliputi Tangerang dan Banten), dan DKI Jakarta. Namun, peserta diklat ini sering datang dari berbagai asal daerah kepulauan seperti, Sumatera, Sulawesi, dsb. Sampai saat ini telah memiliki anggota lebih dari 10.000 orang. Dalam proses pengkaderan dan pembinaannya, alhamdulillah Santri Siap Guna sampai saat ini telah mencapai 26 angkatan, dengan masa pendidikan 3 bulan. Tempat dan waktu Diklat pun disesuaikan dengan waktu luang para peserta Diklat.




Posted by Unknown On 00.42 No comments READ FULL POST

Senin, 27 Januari 2014

Pada umumnya manusia terlahir dan diberi nama layaknya do’a-do’a sebagai harapan perwujudan di kehidupannya kelak. Maka sejak berabad-abad lalu, dari jaman jahiliyah hingga kini, berbondong-bondong orang mencari nama terindah yang akan melekat pada si anak hingga akhir hayatnya.

Pun dengan nama SSG (Santri Siap Guna), sebuah nama yang diliputi berjuta do’a dan harapan yang akan membawa hidup kita lebih dari sekedar ada, membuat kita tak malu-malu lagi berkata “Aku bangga jadi Muslim”.

Terlepas dari alasan pencetusnya dalam memilih kata-kata ini sebagai nama. Kalau boleh berpendapat menurut saya, 3 kata tersebut memang super dan sungguh dashyat. Kata “Santri” menggambarkan bahwa kita hidup bukan hanya mengerti terhadap ilmu dunia, tapi juga paham akan ilmu agama, menerapkannya sebagai suatu sistem yang saling melengkapi. Kata “Siap” yang disandingkan dengannya mencakup bahwa bagaimanapun situasi dan kondisinya, kita senantiasa bersedia, selalu bisa diandalkan, dan berbagai sifat kesatria lainnya. Sedang kata “Guna” sebagai penutup, menjadikan kita bukan hanya seonggok daging yang bisa berjalan, berbicara, bernafas dan melakukan hal-hal individual saja, tapi lebih dari itu, menjadi bermanfaat dan bermakna.

Dan dari ketiga kata inilah tercipta “Khairunnas Anfa’uhum linnas” Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain. Ngebaca atau ngedenger aja udah keren banget kan? Apalagi kalau dilakoni sendiri. Berasa seperti superhero yang sering nongol di layar kaca. Dan kerennya, konon, hal kayak gini punya efek candu (ketagihan), ingin dan ingin terus melihat orang lain tersenyum dengan keberadaan kita, (g percaya? Coba aja! Hehe). Kita menjadi manusia yang benar-benar dibutuhkan, dicari-cari, dirindukan, keberadaannya menjadi berkah bagi yang lainnya, maka saat kepergiaanya adalah hal yang sangat tidak diinginkan.

Mengapa LaskarSSG26?

Mendengar kata yang satu ini, mungkin yang terlintas di benak kita adalah “Laskar Pelangi”. Sebuah novel karangan Andrea hirata yang dijadiin film dan laku keras di semua umur dan semua kalangan. Cerita yang mengusung tema mimpi dan semangat untuk mencapainya. Sekumpulan anak-anak yang dengan gigih mewujudkan hal-hal yang awalnya dianggap “g mungkin” oleh orang-orang sekitar.

Tak jauh beda, semoga kita juga punya mimpi yang tak kalah besar dari mimpi anak-anak dalam kisah tersebut. Mimpi mulia yang dibarengi usaha yang tidak putus-putusnya. Menghapus wajah murung dunia.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri, “Laskar” diartikan sebagai tentara; kelompok serdadu; pasukan.

Seiring dengan itu, maka semoga alumni SSG terkhusus SSG26 menjadi karakter-karakter yang mampu berlaku layaknya tentara yang tak gentar walau dalam keadaan apapun, menjadi yang terdepan dalam kebaikan, maju beriringan dalam mengalahkan musuh agama (dari diri sindiri maupun dari luar), punya tekad yang kuat untuk menciptakan kehidupan yang damai dan tentram dalam naungan Islam. Tak luput menjaga kehormatan dengan menjadi muslim jujur dan terpercaya sampai mati.
Semoga kita tetap menjadi kelompok serdadu yang bertanggung jawab, menepati janji, setia dan tahu balas budi.
Hidup menjadi pejuang, pembela kebenaran dan keadilan, rela berkorban apapun karena Allah semata.
Kemudian menjadi pasukan bumi yang disiplin, gigih dan ulet, tangguh, pantang mengeluh, pantang menyerah, pantang menjadi beban, serta pantang berkhianat.
Dan tentunya dibarengi berakhlaq mulia dan berhati tulus.

Layaknya Pelangi, SSG (Santri Siap Guna) merupakan keluarga yang terbentuk dari berbagai latar belakang, baik keluarga, karakter, keahlian, profesi, asal daerah, suku, bahasa, warna kulit, dll. Semuanya berbaur dalam satu ikatan hati. Membentuk pemandangan yang indah. Saling melengkapi satu dengan yang lain, bahu-membahu dalam perwujudan kebaikan. Seperti yang dicontohkan oleh para pendahulu kita, dimana Abu Bakar yang merupakan bangsawan Arab, duduk bersandingan penuh rasa persaudaraaan yang erat dengan Shuhaib imigran Romawi, Salman pengembara Persia, dan tentu Bilal “bekas” budak Negro Habasyah.


Maka, dengan mengikuti jejak orang-orang shaleh ini, semoga kita pun bisa bertemu di jannah-Nya kelak. Aamiin…

Finally, semoga semangat senantiasa terbit di hari-hari kita, layaknya matahari yang tak lupa menyapa pagi, seperti bulan yang setia pada malam, yang meski sesekali sang awan menutupinya, tapi ia tetap ada di sana, hanya butuh terpaan angin, lalu bessstt….nampaklah kemegahannya, kembali menerangilah ia.

Dan untuk mewujudkan kebaikan yang menjamur di segala penjuru bumi ini, maka yang perlu kita lakukan adalah “Mulai dari diri sendiri, Mulai dari hal yang kecil, dan Mulai saat ini, serta terus bertindak dengan asas PDLT (Perbaiki Diri Lakukan yang terbaik)”, seperti kata guru kita, aa’ gym. ^_^

Semangaaaaaattt….. !!!

Oleh Rifa'atul Mahmudah
Posted by Unknown On 06.04 2 comments READ FULL POST
  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube