Daann..takdir inilah yang mempertemukan kita menjadi satu
keluarga. Sesuatu yang tak terbayang, atau sekedar lewat terbesit di benak. Siapa
kita? Tak saling kenal. Kita hanya berjalan mengikuti cerita hidup ini yang akhirnya
membawa pada satu kebersamaan. Mungkin inilah yang namanya JODOH...Sahabat.
Kejadian silih berganti yang tak terduga mengisi hidup ini.
Ada yang datang. Ada yang pergi. Akan begitu terus hingga waktu yang telah
ditetapkanNya. Tutup buku.
Ahad, 15 Juni 2014
Kami (SSG26) memutuskan untuk mengadakan rihlah ke Taman
Hutan Raya (Tahura) Ir. H. Djuanda, ke Dago Pakar menjejaki Gua Jepang dan Gua
Belanda lalu ke Curug Omas (Maribaya).Tujuannya untuk mengeratkan lagi tali
silaturahim dan tentu refreshing dari segala rutinitas harian yang panjang
tanpa jeda, yang mungkin menguras hati dan pikiran.
Judulnya jalan-jalan dan benar-benar jadi jalan-jalan...pake
kaki. Kalau diklat dulu disebut long march.
Uuuuhhh...tiiiiiiiiiiittttttttt... *ngeluhnya disensor :P
Sudah lumayan lama, semenjak saat terakhir kali tak penah
mendaki bertubi-tubi seperti itu. Keringat bercucuran tak henti. Saat ingin
menyerah! Kami hanya harus “menampar” diri. “Hai, itu bukan kita!” Setidaknya itu
yang diajarkan saat diklat dulu.
Sepanjang jalan kenangan..kita selalu bergandeng
tangaaaaannn... *eh jadi nyanyi. Sesekali berhenti mengatur nafas yang memburu.
Jujur, ini melelahkan. Tapi, tak semua kelelahan itu
menjengkelkan, menyedihkan, dan rasa-rasa tak enak lainnya, bukan? Ini
kelelahan yang membahagiakan, apalagi saat melihat tawa saudara, meski ekspresi
saat nanjakmu, aku, dan yang lainnya, pasti sungguh miris.
Kembali menguatkan satu sama lain. Membuat cuplikan-cuplikan
memori diklat SSG bermunculan satu-satu di benak.
Saat masuk, orang-orang seakan melirik aneh dengan ritual kita,
baris-berbaris dengan umur seperti ini, sedang kita bukan tentara. Haha..Lucu
memang. Tapi, dengan begini, kita dapat lebih teratur. Fokus. Kemudian tahu
akan kemana dan seperti apa.
Lalu kami mulai menyusuri tempat itu. Trash bag, kembali
menjadi barang paling berguna, “Mari kita berkhidimaaaattt!!”.
Tempat umum seperti
dago pakar ini tak bisa dipungkiri menjadi lahan empuk ulah tidak bertanggung
jawabnya tangan manusia. Set..set... Habis manis sepah dibuang! Itulah nasib
berbagai kemasan makanan, minuman, rokok, dan lain-lain yang nampaklah
berceceran dimana-mana. Maka mengherankan manusia yang berkoar-koar geram
dengan banjir yang terjadi. Karena sebenarnya kemarahan yang seringkali
dilontarkan, tertuju pada diri sendiri. Solusinya sudah jelas kita tahu
bersama, malah sering ditulis di mana-mana “Jagalah kebersihan!”, “Dilarang
membuang sampah sembarangan!”. Hmm...hanya mungkin tak pernah benar-benar kita
terapkan.
Untungnya, taman ini masih saja enak dipandang mata karena
suasananya yang masih benar-benar alami. Pohon-pohon besar mengihiasi, beraneka
tanaman memperidah. Hijau dimana-mana.
Selanjutnya, kami menyusuri Gua Jepang dan Gua Belanda...merenungi
kisah orang-orang dulu yang harus berjalan di tempat gelap seperti ini, dan
mungkin juga pengap, tidak seperti sekarang, demi untuk menyelamatkan hidup,
mempertahankan nyawa dan bangsa.
Long march menjadi pilihan yang super sekali untuk mencapai
curug “Omas”, air terjun yang ada di area Maribaya. Mengapa namanya Omas?
Entahlah, seorang bapak yang tengah duduk di balai hanya berkata, “ Iya, Omas
neng, soalnya g jauh dari situ ada si Mandra..” Lalu ditutupnya dengan tawa. Membuat
kami pun tertawa.
Hawa berubah menjadi sejuk saat mendekati area ini.
Samar-samar tedengar deru air yang jatuh tertumbuk satu sama lain. Lama-kelamaan
nampaklah curug itu, dengan jembatan kayu yang menyatukan dua sisinya. Tapi....ya,
itu tadi, mungkin karena ulah tangan manusia, air curug ini tampak keruh dan sampah-sampah
bergentayangan di beberapa sisi. Miris sekali.
Yang menariknya, di tempat ini ada gerombolan monyet yang
lincah. Seperti sudah terbiasa dengan keberadaan orang banyak, mereka terlihat
santai saja, tidak peduli orang-orang tengah lalu lalang, yang sesekali malah
menggoda. Cukup menjadi tontonan alam yang menghibur.
Hujan tiba-tiba mengguyur lumayan deras. Alhamdulillah, saat
bersamaan kami telah sampai di tempat peristirahatan. Kami duduk kelelahan di bawah
atap, di atas sebuah karpet yang di tawari seorang ibu yang sebelumnya
mengadakan persaingan berebut pelanggan dengan pemberi jasa serupa. Membuat
tersadar, hidup itu begitu kawan, yang tidak sigap akan tereliminasi. Hee...
Next, shalat di mushallah yang lumayan kecil dengan
fasilitas mukena yang tidak kalah mengenaskan (kotor dan bau) dengan tempat-tempat umum lainnya.
Benar-benar perlu diperhatikan dan dibenahi.
Selanjutnya, makan merupakan salah satu moment paling
ditunggu. Pasalnya, keroncongan melanda, tenaga perlu dicas. Maka dengan
lahapnya semua bekal yang dibawa terbabat sudah. Senyuman terbit lebih lebar. Alhamdulillah..."Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?"
Nah, acara yang paling ditunggu-tunggu setelah itu, adalah
tukeran kado. Kami mengambil nomor yang sudah diacak sebelumnya. Dan
tedeeengggg!!! Sekali lagi takdir Allah yang berlaku, akan berjodoh dengan kado
seperti apa kita ini, barang seperti apa. Dan nampaklah satu-satu berbagai
ekspresi saat kado dibuka. Mulai syal, mug, bantal, buku-buku, hingga pengharum
ruangan dan alat penggaruk badan pun ada. Alhamdulillah...semoga semua kado
bermanfaat. Allah Maha Tahu yang kita butuhkan. ^_^
Untuk selanjutnya, rapat pun digelar, menentukan acara
apalagi yang akan diadakan keluarga ini. Dengan harapan lebih baik, lebih seru
dan lebih bermanfaat.
Sebelum pulang, sesi foto-foto dulu kiteeeeeee...
Puas, lalu lanjut long march, mendaki gunung lewati lembah,
saingan sama ninja Hatori. Keringat lagi-lagi menganak sungai. Di tengah
perjalanan yang meletihkan, akhirnya kami memutuskan naik angkot (akhwat) dan naik
mobil bak terbuka (ikhwan), berhubung waktu sudah semakin sore.
Diperjalanan berbagai cerita kembali mengihiasi, membuat
cipratan-cipratan senyum dan tawa menular dari satu ke yang lain. Hingga kami
tertidur dengan lelap sampai angkotnya tiba kembali ke rumah kita. DAARUT
TAUHIID.
Terima kasih atas persaudaraan ini Ya Rabb...kami pulang
dengan sekarung syukur dan kebahagiaan.
Finally, salah satu pelajaran, renungan, dan hikmah yang terbesar adalah adalaaahhh...selama kita
bersama, kita akan selalu punya berjuta alasan untuk tetap bahagia. Mari terus bersama! Mari terus berbahagia! ^_^
Next trip...Let’s gooooo...!!! ^_^
Oleh Rifa'atul Mahmudah
0 komentar:
Posting Komentar